Rabu, 23 April 2014

Profil Minyak Nilam Dennis

1.      Pada periode 1951 – 1960 Indonesia mengekspor minyak nilam sekitar 24 – 108 ton/tahun dan daun nilam kering sekitar 24 – 54 ton/tahun atau setara 1260 kg minyak/tahun. Pada periode 1979 – 1983 ekspor minyak nila Indonesia meningkat dengan rata-rata 522,80 ton minyak/tahun. Harga minyak nilam Indonesia di pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75 – 20,00 per Kg CF (Agustus 1988) dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF. Dan pada bulan Februari 1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50 – 18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15 – 16,00 per kg CF. Negara pengimpor minyak nilam terutama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Singapura dll.
Kegiatan distribusi nilam terbagi atas beberapa bagian
-         Pemasaran pada tingkat petani ke pengumpul atau pengusaha pemilik kilang minyak nilam. Para petani menjual produknya dalam bentuk 2 produk yaitu penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang dengan harga penjualan sekitar Rp. 3.000,00 std Rp. 3.500/kg dan selanjutnya pemasaran minyak dilakukan oleh pemilik kilang, penjualan minyak nilam oleh petani setelah diolah di kilang kepada para pengumpul lokal.
-         Pemasaran minyak nilam dari pengumpul lokal atau pemilik kilang ke pengumpul besar/ekspor.
-         Pemasaran minyak nilam oleh eksportir (PKT) ke importir/konsumen di luar negeri. Perusahaan eksportir mencari target pemasaran melalui internet dan juga perusahaan importir yang telah menjadi langganan mereka. Harga jual pada masing-masing tingkatan tersebut satu sama lain namun harga pada masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga pada tingkatan ke-3 yaitu harga penjualan ekspor. Para pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran yang tertinggi. Pola pemasaran yang terbuka ini akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu menguntungkan bagi petani karena informasi harga ekspor ke petani tidak sampai kepada mereka.
2.      Penggunaan minyak nilam dapat digunakan secara langsung sebagai parfum pada selendang, tenunan, pakaian, karpet,industri sabun, kosmetik, dupa danlainnya sebagai pewangi. Selain itu fraksi minyak nilam juga banyak digunakan sebagai zat pewangi atausebagai zat pengikat (fiksatif) zat pewangi lain karena minyak nilam memiliki titik didih yang tinggi sehingga tidak mudah menguap.Industri yang menggunakan fraksi minyak nilam diantaranya industri parfum (pewangi ruangan, rosephix,cologne, spray fixsative, dan lain-lain);industri kosmetik (kosmetik untuk mandi, kosmetik wangi-wangian,kosmetik tradisional, dan lain-lain);industri obat-obatan (obat kulit, obatanti bau badan, dan lainnya); industri makanan dan minuman (permen,minuman, dan lainnya); serta indutri sabun (sabun cuci, sabun mandi, sabun cuci piring, dan lainnya).Pemakaian yang luas minyak nilam baik sebagai pewangi maupun zat fiksatif memberikan dampak pada stabilitas permintaan minyak nilam.Selain itu berkembangnya permintaan produk berbahan baku minyak pewangi juga akan mendorong peningkatan permintaan minyak pewangi termasuk Minyak Nilam.
3.      Nilam setelah selesai proses penyulingan tidak memiliki banyak kelemahan, tetapi setiap produk apapun yang merupakan hasil dari Pertanian pasti memiliki waktu kadaluarsanya begitu pun pada minyak nilam itu sendiri. Kelemahan banyak terdapat ketika tanaman nilam itu dibudidayakan pemberian air diatur sesuai dengan umur tanaman nilam pada awal fase pertumbuhan memerlukan banyak air namun jumlah itu akan terus berkurang dan juga penyakit serta hama yang sering menganggu proses pertumbuhan tanaman ini. Minyak nilam sering dicampur dengan bahan lain ketika dipasarkan, ini meruapakan salah satu kelemahan dari produk ini.
4.      Sampai saat ini Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan Tenggara, masih menjadi sentra tanaman nilam terluas di Indonesia (Ditjen Perkebunan, 1997). Disusul Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan), Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara), dan Jawa Timur (Tulungagung) serta SulawesiTengah. Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil. Potensi daerah inilah yang nantinya dapat dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Karena permintaan minyak atsiri diberbagai pasar luar negeri cukup banyak. Kontribusi ekspor minyak atsiri relatif kecil terhadap nilai devisa total Indonesia. Namun, ternyata terjadi kenaikan permintaan setiap tahun. Bahkan peningkatannya cukup tajam. Sehingga peluang usaha minyak atsiri dalam hal pengembangan industrinya  sangatlah terbuka lebar. Berdasarkan data-data yang diberikan oleh seorang eksportir minyak nilam kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100 – 1.200 ton/tahun. Sedangkan pasokan minyak nilam saat ini kurang lebih 900 ton/tahun sehingga ada peluang pasar sebesar 200 ton/tahun.

5.      Hingga saat ini Indonesia masih merupakan pemasok komoditas minyak nilam yang terpenting di dunia dimana posisi pasokan mencapai diatas 90%. Posisi ini kelihatannya akan terus di pegang Indonesia karena tidak ada negara kompetitor lain yang mengurangi dominasi Indonesia. Minyak nilam merupakan bahan nabati yang tidak dapat dibuat bahan tiruan secara buatan (sintetis) sehingga tidak memungkinkan di hasilkan produk sintetsi atau produk suplemen sehingga pasokan ini sifatnya akan lestari. Perkiraan kebutuhan nilam dunia saat ini sekitar 1000 – 2000 ton/tahun dengan tingkat pasokan sekitar 900 ton/tahun. Upaya untuk memacu pertumbuhan produksi ini pada tingkat tertentu akan sangat riskan pada sisi permintaannya. Upaya pengembangan ini perlu dilakukan adalah menata dan rekasaya teknis budidaya dan pengolahan pasca panen agar diciptakan pola usaha yang substansial dengan sasaran tercapainya tingkat efisiennya tingkat efisiensi dan peningkatan mutu. Pengembangan usaha budidaya nilam akan memberikan dampak positif kepada perekonomian nasional maupun regional karena komoditi ini menyumbang devisa negara dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya.